GROBOGAN, Mediasapujagad.com – Deretan tanaman bonsai yang indah bersaing merebut hati para juri. Ada sebanyak 1.001 bonsai mengikuti kontes nasional di halaman Rumah Kedelai Grobogan (RKG) Jawa Tengah.
Ketua Panitia Penyelenggara Kontes, Kukuh Prasetyo Rusady menjelaskan, kejuaraan bonsai tingkat nasional ini merupakan kedua kalinya digelar di Kabupaten Grobogan oleh Persatuan Pecinta Bonsai Indonesia (PPBI).
”Kontes ini juga untuk memeriahkan Hari Jadi ke-299 Kabupaten Grobogan. Peserta ada yang dari Bali, Sumatera, Kalimantan, Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, dan Jogyakarta,” katanya.
Kukuh mengatakan, penilaian bonsai dilakukan juri tingkat nasional. Jenis bonsai yang mengikuti kejuaraan ini seperti Serut, Anting Putri, Hokiantea, Ulmus, Lagundri, Asam Jawa, Santigi. Kemudian Cemara, Waru, Beringin Korea, Beringin Jawa, Iprik, Kimeng, Lohansung, dan Amplas.

Dalam penilaian bonsai, lanjut Kukuh, tak hanya memilih yang bagus dalam kontes. Tetapi PPBI mempunyai sistem standarisasi penilaian oleh juri, seperti penampilan, dasar, keserasian, hingga kematangan. Dari penilaian, juga ada elemen lain meliputi keseimbangan, kualitas, gerak dasar, karakter, serta alur pohon.
Lalu ada proporsi, dimensi, harmoni, dan peletakan di pot. Selanjutnya ada kematangan keseimbangan anatomi, kesatuan dan yang dipamerkan pohon hidup. Ada penilaian kesehatan dari bonsai sendiri.

”Ada penilaian pot fungsi utama pelengkap dari bonsai yang tidak bisa dipisahkan. Dari bahasa jepang Bon artinya Pot dan Sai artinya pohon atau tanaman. Jadi harus jadi kesatuan. Maka ketepatan pemilihan bentuk warna juga bisa menghadirkan dari keseimbangan keserasian dan penampilanya,” terangnya.
Kukuh menambahkan, untuk mengikuti kejuaraan bonsai harus melalui jenjang sesuai kelas. Pertama, kelas prospek, setelah itu naik ke Pratama. Kemudian ke Madya, lalu paling atas ke Utama.
”Jadi ada jenjang untuk kategori yang diikuti untuk bisa mengikuti kejuaraan bonsai sampai tingkat Madya hingga Utama,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Sekertaris Dinas Pertanian Grobogan ini.
Kukuh berharap adanya kontes bonsai tingkat nasional ini mampu menggali potensi para penghobi bonsai yang melakukan budidaya tanaman bonsai, karena hasil budidaya tanaman bonsai lebih menjanjikan daripada tanaman bonsai yang diambil di hutan.
“Selain merusak ekosistem tanaman hutan, biasanya hasil budidaya bonsai dari tanaman hutan juga kurang punya nilai jual dan eksotis,” pungkasnya.